Konsep Pendidikan Bangsa Yunani [Bagian 2]

| On
April 01, 2015




Periode Baru



Konsep demokrasi adalah konsep yang muncul secara berangsur-angsur setelah perang Persia. Kesempatan untuk memajukan politik dan melakukan ekspansi perdagangan dan usaha keuangan lainnya. Seseorang bisa mendapatkan popularitas dan menentukan masa depannya. Dan mendapatkan kesejahteraan dari Negara atau masyarakat, dan individualime menjadi lebih penting dari pada Negara. 



Tipe baru pendidikan menjadi popular diantaranya untuk menyediakan fakta-fakta kebutuhan dan keinginan dari individual dan tuntutan zaman. Petualangan guru akhirnya diketahui sebagai “pemikiran Sophist” (untuk kebebasan) untuk siapa yang ingin mendengar. Tuntutan pendidikan mengarah kepada kesuksesan hidup seseorang, sejak saat ini sering diartikan melalu karir politik yang baik. Sehingga public speaking dan keterampilan berdebat menjadi mata pelajaran yang paling popular. 



Pendidikan formal Athena dipengaruhi oleh keadaan zaman sehingga pendidikan mereka lebih cenderung kepada latihan fisik dan atletik hingga akhirnya berubah pada studi tentang tata bahasa dan retorika, membaca dan menulis klasik, pidato, dan mengembangkan keterampilan berbicara dan berdebat. Pendidikan Athena mulai kehilangan “well-rounded” dan karakter “Paham Liberal” dalam dukungan dari segala rasa yang nampak menjadi lebih kepada menunjukan jalan kepada seseorang untuk meraih kesuksesan. 

Kontroversi antara elemen konservatif dan tren baru dalam dunia pendidikan adalah sebuah bencana nasional, dan pengikut paham Sophist memimpin untuk mengkrompomikan beberapa pengajuan kepada para filsuf seperti Socrates, Plato, dan Aristotle. 

Fondasi dalam cara mengajar Socrates adalah “mengenal diri sendiri”. Tujuan pembelajaran adalah agar siswa dapat memahami dan bijak dengan menggunakan cara tanya jawab didesain secara induktif (Socrated Methhod). Socrates juga menekankan “The Power of Thinking” dan mengatakan bahwa “knowledge is virtue” dan divalidasi oleh proses universal. 

Plato mengemukakan pendapat mengenai “ideal social system” yang mana setiap individu harus memiliki kemampuan untuk mengabdi atau melayani pada negaranya. Pendidikan harus mampu menyiapkan manusia untuk mendapatkan “tempat” di masyarakat secara optimal. Tiga jenis kelas diajukan diajukan, masing-masing dengan dasar pendidikan yang tepat. 

Terdiri atas, kelas kerja yang bagi orang yang mengusahakan pendidikan dasar dari empat hingga enam tahun, sama seperti idealism pertama pendidikan Athena. Hal itu dengan kemampuan lebih akan dipilih menjadi pelayan masyarakat, penjaga, atau pembuat aturan Negara. Mereka harus dididik dengan tambahan dua tahun atau lebih bergantung pada posisi apa yang akan dia ambil di pemerintahan. 

Pendidikan tinggi disiapkan untuk kelas yang memiliki hak istimewa. Disekolahkan dalam tradisi terbaik dari filosofi, saintifik, dan pembelajaran politik, elit intelektual ini disiapkan untuk menyiapkan aturan dengan kebijaksanaan, lebih dari kata-kata hukum dan mengacu kepada minat terbaik yang berkaitan. Aliran Aristotle mengacu kepada pengembangan geometri, musik, astronomi, logika, dan filsafat. Walaupun teori plato tidak memiliki perolehan adopsi yang luas pada periode ini, pengaruhnya dapat dilihat dengan sangat menyedihkan di pengembangan terakhir. 

Catatan khusus mungkin akan dibuat dari kelemahannya yang berkonsentrasi pada praktek nilai dari studi membutuhkan “philosopher-kings” dan pendirian bahwa itu didesain untuk disiplin ilmu seseorang untuk berpikir dalam pendidikan perempuan. Efek negative dari paham Aristotle akan sains dan hukum pemikiran atau sangat berpengaruh pada pendidikan kemudian hari, terutama pada masa abad pertengahan. 

Seperti apa yang diperoleh oleh orang Athena, pendidikan di Athena lama kelamaan membentuk komunitas intelektual yakni University of Athens. Dibantu oleh penaklukan dunia oleh Alexander Agung dan Kerajaan Romawi selanjutnya. Hari terakhir kesaksian terbaik orang Athena adalah sebuah sistem dari pendidikan secara kasar dinamakan pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi, seperti yang kita kenal sekarang.


sumber:  The Secondary School Curriculum Content and Structure. 1972. Weldon Beckner, Joe D. Cornett. Texas Tech University.


Baca Bagian 1


Related Post:

Konsep Pendidikan Bangsa Romawi

Be First to Post Comment !
Posting Komentar