Konsep Pendidikan Bangsa Yahudi dan China

| On
April 01, 2015

sumber gambar

Bagaimana kontribusi bangsa Yahudi dan China terhadap pendidikan Dunia?




Tidak sulit untuk mengetahui persamaan tujuan dan praktek pendidikan antara dunia timur (oriental) dan dunia barat. Keberadaan pendidikan adalah untuk mampu melihat setiap manusia dapat mempersiapkan diri, mengambil tempat dalam memasuki perintah/tuntutan sosial, dan pengembangan individu diabaikan dari standar yang ada. 


Ajaran Confusius (Konghucu) sangat mempengaruhi guru di Negara timur jauh. Ajaran Konghucu menekankan pada moral, konsep kehidupan yang mulia, hubungan manusia dengan manusia lain. Konghucu adalah penganut pragmatisme, dia memelihara hubungan dengan murid-muridnya untuk menjamin pengaruh dan stimulasi yang maksimal.

Sepeninggalnya, murid-muridnya mulai mengikuti dan menyebarkan ajarannya tersebut. Namun ajaran yang dibawa muridnya lebih terfokus pada literatur yang ditulis oleh Confusius sebelumnya, sehingga mengurangi praktek ajaran itu sendiri.

Bangsa Yahudi membuat hubungan antara kehidupan bangsa China (oriental) yang sedang tumbuh di dunia barat. Di bidang pendidikan, mereka menandai ada sebuah transisi dari praktek di Negara timur yang kemudian datang di daratan Eropa da Amerika, dan keteladanan adalah sesuatu yang penting dan special dalam praktek pendidikan agama Kristen dikemudian hari. 

Orang Yahudi memandang bahwa pendidikan sangat penting untuk menjaga identitas bangsa. Secara umum, pendidikan wajib dibuat oleh Tuhan dan tujuan utama dari pendidikan diterima sebagai pelatihan keagamaan. 

Pendidikan Yahudi menerima subjek pendidikan oriental untuk kewenangan yang bersifat eksternal, sedangkan diluar itu merupakan kewenangan dari Jehovah (Tuhan Yahudi). Sistem yang diadopsi oleh kaum Yahudi adalah untuk membawa mandat dari sitem ketuhanan mereka yaitu menekankan pada tanggung jawab keluarga untuk mendidik anggota keluarganya. Kewenangan patrialkal memberikan hak kepada ayah untuk mendidik anak-anaknya. Ibu juga memiliki peran penting untuk mendidik anak-anaknya, khususnya anak perempuan, dan menjelaskan tentang tanggung jawab pendidikan di keluarga. 

Dalam sistem pendidikan formal, anak laki-laki Yahudi pada zaman dulu memulai pendidikan formalnya (sekolah) yaitu di Synagog ketika mereka menginjak usia 6 tahun. Mereka harus memulai menukis dan membaca dan mencoba mengembangkan hukum dan kebiasaan masyarakat mereka. 

Pendidikan Yahudi pada masa lampau memiliki beberapa aspek yang special, ada dua tujuan utama yaitu menjadi pelatihan vokasi dan pendidikan menjadi pelestari budaya dan agama. Sekolah Synagog menjadi tempat yang digunakan untuk belajar segalanya. 



sumber:  The Secondary School Curriculum Content and Structure. 1972. Weldon Beckner, Joe D. Cornett. Texas Tech University.

Be First to Post Comment !
Posting Komentar