Kerangka Dasar Filsafat Pendidikan Progresivisme

| On
April 05, 2015

John Dewey


Kerangka Dasar Progresivisme


Progresivisme merupakan aliran filsafat pendidikan yang dilakukan oleh suatu perkumpulan yang dilandasi konsep-konsep filsafat tertentu, dan sangat berpengaruh dalam pendidikan bangsa Amerika pada permulaan abad ke dua puluh. Progresivisme menolak pendidikan yang bersifat otoriter, menolak penekanan atau disiplin yang keras, menolak cara-cara belajar yang bersifat pasif, menolak konsep dan cara-cara pendidikan yang hanya berperan untuk mentransfer kebudayaan pada generasi muda, dan berbagai hal lainnya yang dipandang tidak berarti. 


Progresivisme didukung oleh filsafat pragmatisme dari John Dewey (1859-1952). Bahkan jika ditelusuri, filsafat ini juga berasal dari filsuf kuno seperti Heraklitos (536-470 SM), Socrates (470-399 SM), Francis Baccon (1561-1626), JJ.Rousseau (1712-1778), Immanuel Kant (1724-1804) dan Hegel (1779-1831).

Progresivisme memandang manusia sebagai objek yang bebas dan memiliki potensi intelegensia (akal dan kecerdasan) sebagai instrument untuk mampu menghadapi dan memecahkan berbagai masalah, sehingga ia memiliki kemampuan untuk menghadapi dunia dan lingkungan hidupnya yang multi kompleks, berubah, dan berkembang. Intelegensi adalah alat untuk hidup, untuk kesejahteraan, untuk mengembangkan kepribadian manusia. 

Menurut progresivisme pendidikan selalu dalam proses perkembangan. Kualitas khusus pendidikan bukan ditentukan oleh aplikasi standar-standar yang menetap mengenai kebaikan, kebenaran, dan keindahan, melainkan memandang pendidikan sebagai suatu rekonstruksi pengalaman yang terus menerus. Progresivisme menenkankan enam prinsip mengenai pendidikan dan/atau belajar, yaitu bahwa: (1) Pendidikan seharusnya adalah hidup itu sendiri, bukan persiapan kehidupan, (2) Belajar harus langsung berhubungan dengan minat anak, (3) Belajar melalui pemecahan masalah hendaknya diutamakan daripada pemberian bahan pelajaran, (4) Guru berperan sebagai pemberi advise, bukan untuk mengarahkan, (5) sekolah harus menggerakan kerjasama daripada kompetisi, dan (6) demokrasilah satu-satunya yang memberi tempat dan menggerakan pribadi-pribadi saling tukar menukar ide secara bebas, yang diperlukan untuk pertumbuhan sesungguhnya (G.F. Kneller 1971 dalam Tatang Syaripudin).

Dalam konteks kurikulum pendidikan menengah, kurikulum difokuskan pada child centered, community centered, experience centered, flexible, dan interdisipliner. Kurikulum disesuaikan dengan karakteristik peserta didik itu sendiri (minat, bakat, dan kebutuhan peserta didik). Dan kurikulum juga bersumber pada kehidupan manusia yang riil dan wajar. Kurikulum juga berbasis kepada masyarakat, yaitu tidak terpisah dari keadaan-keadaan yang terjadi di masyarakat. Kurikulum akan bersifat flexible dan mudah untuk direvisi. 


Pada jenjang SMA dilakukan peminatan yang bertujuan untuk mengayomi kebutuhan siswa. Ada siswa yang memiliki minat mempelajari ilmu alam, ilmu sosial, dan juga ilmu bahasa. Peminatan ini dilakukan untuk mengembangkan setiap potensi yang dimiliki oleh peserta didik, sehingga peserta didik bisa mempelajari hal-hal yang disukainya dengan lebih optimal. Jika dijenjang SMA, peminatan lebih kepada apa yang menjadi minat peserta didik dari segi ilmu pengetahuan yang bersifat akademik. Sedangkan di jenjang SMK, penjurusan sudah dilakukan pada tahap awal. Sehingga peserta didik sejak dini telah mengetahui keterampilan apa saja yang akan ia peroleh jika belajar pada jurusan tertentu. Jurusan-jurusan yang terbentuk di SMK juga berdasarkan analisis kebutuhan di lapangan, sama halnya dengan konsep progresivisme ini. Peserta didik akan diperlihatkan secara langsung apa dan bagaimana situasi yang terjadi di masyarakat khususnya di bidang lapangan pekerjaan. Maka SMK akan menyelenggarakan pendidikan berdasarkan kebutuhan masyarakat, khususnya pada sektor penyediaan lapangan pekerjaan dan pertumbuhan sumber daya manusia.


sumber: Syarifudin, T. & Kurniasih. 2008. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: Percikan Ilmu.

Related Post:

Konsep Filsafat Pendidikan Perenialisme

2 komentar on "Kerangka Dasar Filsafat Pendidikan Progresivisme"
  1. Siiiiiiiiiiippppp......Laaaaaaaaahhh....

    Hebaaaat pisaaaan....

    BalasHapus
  2. ceuk urang mah aluuussssss pisan

    BalasHapus