1) Kerangka dasar
Perenealisme memandang education as cultural regression; pendidikan sebagai jalan kembali, atau proses mengembalikan keadaan manusia sekarang seperti keadaan budaya masa lampau yang dianggap sebagai kebudayaan yang ideal. Tugas pendidikan adalah memberikan pengetahuan tentang nilai-nilai kebenaran yang pasti, absolut, dan abadi yang terdapat dalam kebudayaan masa lampau yang dipandang sebagai kebudayaan ideal tersebut.
Sejalan dengan hal diatas, perenealist percaya bahwa prinsip-prinsip pendidikan juga bersifat universal dan abadi. Robert M. Hutchins mengemukakan: “Pendidikan mengimplikasikan pengajaran, pengajaran mengimplikasikan pengetahuan. Pengetahuan adalah kebenaran. Kebenaran dimanapun dan kapanpun adalah sama”. Selain itu pendidikan dipandang sebagi suatu persiapan hidup, bukan hidup itu sendiri.
2) Tujuan
Tujuan pendidikan bagi perenialist adalah nilai-nilai kebenaran bersifat universal dan abadi, inilah yang harus menjadi tujuan pendidikan sejati. Sebab itu tujuan pendidikannya adalah membantu peserta didik menyingkapkan dan menginternalisasi nilai-nilai kebenaran yang abadi agar mencapai kebijakan dan kebijaksanaan hidup.
3) Materi
Karena kurikulum bersifat subjected centered atau berpusat pada materi pembelajaran, maka materi pembelajaran harus bersifat universal dan abadi, selain itu materi pembelajaran terutama harus terarah kepada pembentukan rasionalitas manusia, sebab demikianlah hakikat manusia. Mata pelajaran yang mempunyai status tertinggi adalah mata pelajaran yang memiliki “rational content” yang lebih besar. Karena itu, titik berat isi kurikulum diletakan pada pelajaran sastra, matematika, bahasa dan humaniora.
4) Strategi pembelajaran
Metode pembelajaran yang utama digunakan perenialist adalah membaca dan diskusi, yaitu membaca dan mendiskusikan karya-karya besar yang tertuang dalam “The Great Books” dalam rangka mendisiplinkan pikiran.
5) Evaluasi
Evaluasi yang dilakukan adalah untuk melihat apakah nilai-nilai kebenaran yang sudah disepakati bersama keberadaannya telah dicapai oleh peserta didik atau belum. Evaluasi juga dilakukan untuk melihat apakah konten atau materi yang diperlukan untuk peserta didik telah tersedia dengan baik atau tidak.
Sumber Bacaan: Syarifudin, T. & Kurniasih. 2008. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung:
Percikan Ilmu.
Related Post:
Related Post:
lUMAYAN bAGUSSSS...SELAMAT
BalasHapusSEMOGA LEBIH INOVATIVE LAGI