Konsep Pendidikan pada Masa Rennaissance

| On
April 01, 2015

Rennaissance berarti terlahir kembali atau kebangkitan kembali. Kebangkitan kembali ini juga berdampak pada kebangkitan kembali pendidikan. Kebangkitan kembali datang sebagai hasil dari harapan untuk menjadi manusia yang bebas dari belenggu teologi dan tirani politik. Studi introspeksi dari kehidupan emosional mendorong kreatifitas baru dalam seni dan literatur dan keingintahuan baru dalam kehidupan kontemporer. 



Di Italia kurikulum sekolah merupakan studi dari penulis dari pada mata pelajarannya, karena pengetahuan belum tentu bisa masuk ke dalam mata pelajaran. Kemampuan mengingat sangat penting.


Di Jerman melakukan sesuatu yang agak berbeda, kulminasi ke Gymnasium, sekolah yang berdasar dari pendidikan humanism. 

Di Inggris dan Perancis tren kurikulum ke arah kurikulum klasik yang menekankan pada bahasa Latin, kebingungan dalam mengembangkan tentang makna dan akhir. Kurikulum humanism datang untuk mengakhiri dirinya sendiri. Tujuan pendidikan adalah Bahasa dan Literatur.

Ciceronianisme adalah bentuk yang digunakan dalam penunjukkan untuk drill yang formal dalam gaya latin yang diikuti oleh fungsi studi bahasa dan literatur sebelumnya. Tiga objek yang dapat ditemukan pada pengaruh ciceronianisme pada masa selanjutnya: Humanistis realis, sosial realis, dan sense realis.

Humanistis realis (Francois Rebelais, John Milton) mengembalikan sesuatu yang vital kepada sekolah humanistis. Mereka merekomendasikan mata pelajaran yang bersifat praktek seperti agrikultur, sejarah nasional, geografi, dan lain-lain.

Sosial realis (Michael de Montaigne) menekankan pembelajaran pada etiket. Seperti menari, bahasa modern, travel. Sense realis (John Comenius. Francais Bacon) menekankan pada pergerakan saintifik modern. Menekankan pada ilmu alam dan bahasa daerah. Ada pengembangan kemudian “Realschule” di Jerman, dimana mencakup mata pelajaran geografi, sejarah, ekonomi, menggambar, dll. 

Ada dua kontribusi Rennaisance yang utama, yaitu pendidikan liberal dan pendidikan humanisme. Konsep ini menganut bahwa manusia harus menjadi manusia yang bebas, menekankan pada praktek dan penghargaan pada estetika. Kebebasan dalam berpikir, berkreasi. Membuat manusia yang baik, yang seimbang antara pikiran, tubuh, dan jiwa. 

Pada abad ke 16 reformasi menolak kedudukan gereja dan dekadensi moral umum yang terjadi di eropa yang disebut reformasi. Pemimpin dari gerakan ini memberikan kesimpulan untuk pendidikan harus segera diubah ke “dunia baru”. Marthir Luther dan John Calvin adalah tokoh pergerakan ini, mereka percaya bahwa individu bisa memahami injil dengan sendirinya. Sehingga pendidikan haruslah bersifat universal. Pendidikan harus terlepas dari kendali gereja dan harus kembali menjadi sekuler (memisahkan agama dan sistem pemerintahan/sistem pendidikan).


sumber:  The Secondary School Curriculum Content and Structure. 1972. Weldon Beckner, Joe D. Cornett. Texas Tech University.

Related Post:

Pendidikan pada Masa Kolonialisme

Be First to Post Comment !
Posting Komentar